“Kamu, yang selalu menuntut kedewasaan. Apa tolok ukur kedewasaan menurutmu?
Bisa kau jelaskan?”
Hanya merasa heran, seseorang selalu mengingatkan untuk “sedikitlah bersikap dewasa”, saat kesalahan-kesalahan atau apapun yang saya lakukan tak sejalan dengan arahan dan keinginannya.
Disaat yang bersamaan, merasa “kurang dewasa”, “tidak dewasa”, ataukah “masih kekanak-kanakan” seketika membuat untuk berpikir berulang-ulang.
Lalu, memahami menjadi dewasa sesuai inginnya adalah ambigu.
Sesungguhnya, kita hanya bisa memilih. Mendewasa seiring waktu merangkak atau mendewasa bersama peristiwa yang mendesak.
Makassar, Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan jejak ^_^