Sabtu, 21 Juni 2014

KITA: Bersama Waktu-Waktu

(Untuk dua perempuan: Dikpa Sativa dan Srie Sagimoon)

             Kita tak pernah bisa membantah. Bahwa hidup selalu seperti lapisan-lapisan tajam atas nyawa masing-masing kita. Bahwa hidup serupa warna-warna lugu yang sewaktu patuh menyelimuti tubuh-tubuh kita.

 Kepada malam kemarin, yang membiarkan uapan-uapan kisah saling berebut didekap hujan. Kutahu, ketika waktuku selalu saja menunjukkan benci pada gigil.

Ada yang menarik. Baberapa hal yang mesti selalu kita perbincangkan. Pada malam yang ikut menyimak kehangatan. Iya. Bahwa kita tahu, harapan-harapan itu tak boleh hilang. Tapi harus tetap menumbuh. Sebab, jejak-jejak kita belum jauh memijak.

Pada siang menuju senja ini. Apa yang selalu tertinggal pada pertemuan-pertemuan jengkal di istana-Nya?

Mendewasa adalah sebuah niscaya.

Hidup adalah kekuatan-kekuatan.

Benar, bahwa hidup adalah banyak-banyak belajar dan memaknai.   

Terima kasih kepada dua perempuan. Mengingat kalian pada sepotong perjalanan hidup adalah sebuah tumpukan kekuatan yang lembut.

Dan mencintai kalian adalah sebuah pilihan yang menenangkan.



Terima kasih.

Uhibbukumfillaah. 

Minggu, 15 Juni 2014

Yakini

Betapa , bahwa melungsai ikatan adalah sebuah cara menguatkan ikatan pada sisi-sisi yang lain.

Ingatlah ini, perempuan.

Seorang yang pernah membersamaimu, yang rela menampung sedihmu, yang menyiapkan sepasang telinganya untuk mendengar kekatamu, yakini, bahwa suatu waktu dia akan tertarik pada potongan-potongan dimensi yang lain.

Yakini, bahwa ia tak akan  selalu menggenggam tanganmu sebagai persaudaraan.

Suatu saat akan ada tangan lain yang lebih kokoh untuk menguatkannya. Akan ada jemari lain yang membasuh linangan-linangan matanya. Dan akan ada sepasang tangan  lebih luas yang bisa lapangkan rentangan pelukannya lebih dalam.
Bukan kedua tanganmu lagi, perempuan.

Yakini itu, perempuan.

Lihatlah, bahkan mungkin akan ada sepasang tangan persaudaraan lain, yang sejak dulu hadir diam-diam.
Yang sejak dulu pernah dengan senang hati membiarkan celoteh-celotehmu, keluh-keluhmu, bercampur bersama diam dan kepingan matanya yang peduli.
Mungkin, sama sekali belum pula sepenuhnya kausadari hadirnya.
Tapi, bersama waktu, dia bukan hanya seseorang yang semula datang diam-diam mendengarmu.

Yakini, ia juga akan seperti yang lain.
Akan pergi.


Makassar, 15 Juni 2014







Senin, 02 Juni 2014

Gamang


Bahwa memilih jodoh: sebuah keniscayaan.

“Aku akan menikah. Mohon doa restumu. Telah kuputuskan mencari yang lain. Sebab kutahu, tiga tahun ke depan kau tak ada rencana untuk menikah. Sedangkan usiaku pasti semakin menua. Maaf atas segala khilaf. Semoga dirimu pun segera menemukan jodoh.  Jangan sampai karir dan impian muda menelantarkan usiamu, sehingga dirimu tak sadar telah menua.”

Kutahu. Iya, kutahu bahwa sebuah keniscayaan sangat patut untuk diusahakan. Kelak agar sesuai dengan keinginan hati.

Lantas, ketika harapan-harapan telah lama menjenjal pada masa-masa penantian, masih betahkah setiap hati masing-masing kita gamang pada keheningan derak-derak waktu?

Sudahlah. Bahkan diam saja masih tetap kurasa bingung menoleh pada keputusan-keputusan.
Mengetahui itu, adalah bukan hal yang mudah.

Bahkan ketika bait-bait doa masih saja saling berebut takdir, kaki-kaki ini juga masih tetap mengiba untuk mengokoh.

Bahwa hal itu bukanlah hal yang mudah.

Merapal mimpi pada prasangka-prasangka, bukan pula semudah yang dibayangkan.

Pada pertalian hidup, pada ijab qabul yang mengikat, pada rencana-rencana hidup, masa depan, anak-pinak, harta, ibadah.

Pada Lauh Mahfuz (?)

Iya, semua adalah kenisyaan (yang) masih patut diusahakan.

Semua tak datang sendiri, berlomba-lomba untuk saling ditentukan waktu.

Rasai juga ini, rasai.

Bahwa memilih bukanlah hal yang mudah.

Tak semudah mengharap-harap pada kecukupan janji-janji. Pada keinginan-keinginan semu.

Ingat, ingatlah ini.

Bahwa pertalian lelaki dan perempuan adalah keniscayaan dalam kasih sayang-Nya yang tidak akan bisa mengelupas.

 Bahwa hidup pada hal yang berbeda butuh masa yang saling bergerak bersama.

Mengertilah, bahwa ini bukan pengingkaran.

Ini bukan pula hal yang perlu dipaksa.

Tapi ini adalah memahami.


Tentang sebuah pesan pagi tadi, 

VAA Makassar, 2 Juni 2014


Untukmu:
Kutahu, bahwa menanti sejak tiga tahun yang lalu, bukan hal yang mudah bagimu.
Semoga kelak yang ditunjukkan-Nya adalah yang terbaik dipilihkan sebagai pendamping dan ibu bagi anak-anakmu.
Semoga Allah selalu menghimpunmu pada kebaikan-kebaikan-Nya, pada kasih-kasih lembut-Nya, dan kemurahan-Nya.
Aamiin.