Sepi menutup. Ketika diammu tidak
lagi hangat. Pada kedatangan renggas-renggas waktu yang mengantarkan
masing-masing ego pilihan.
Sesaat dalam
pelan-pelan waktu yang menggiring pertemuan-pertemuan, pernah ada percaan
keraguan dalam diammu. Mungkin itu adalah keraguan rasa yang dimiliki anakmu
ini.
Pak, ketika anakmu ini
memutuskan sejak dulu, tak akan ada seorang lelaki pun yang menggantikan
tempatmu pada kagum-kagumnya. Tidak akan ada seorang lelaki pun yang bisa menggantikanmu
sebagai sosok yang selalu menginspirasinya. Tidak akan!
Dikedua bola mata dan
hati anakmu ini, diammu adalah hangat yang sulit luruh. Diammu adalah
genggaman-genggaman nasihat, dari dan untuk perjalanan hidup. Diammu adalah
sesuatu yang selalu ditunggunya, bersama saling menyeduhkan cerita-cerita.
Masih kauingat kan, pak, ketika perlahan-lahan
anakmu ini semakin antusias mendekati Tuhan?
Masih kauingat kan, pak, ketika anakmu ini
memutuskan untuk menutup helai-helai rambutnya, tidak sama seperti menutup yang
hanya sekadar?
Masih kauingat kan, pak, ketika sebuah waktu
mengantarkan kita duduk bersama, di rumah kita yang dikepung deras hujan, sedang
kita saling menangisi keadaan?
Ketika
kali terakhir anakmu ini pulang, kenapa tak lagi dilihatnya diammu yang hangat
seperti dulu?
Lantas, kenapa diammu
berubah dingin, pak?
Kenapa, pak?
Pinrang-Makassar, Agustus 2014