Selasa, 31 Juli 2012

Saat Rindu Itu Kembali Datang Diam-Diam

Saat rindu itu kembali datang diam-diam
Apakah  masih seperti waktu itu ?
Saat riang-riang polos memutar dalam kisah-kisah masa kecil....
Ibu....





Di tanah rantauan, 12 Ramadhan 1433
31 Juli 2012

Minggu, 29 Juli 2012

Tentang Pagi

Disini.
Ini masih bercerita tentang pagi.
Tentang tumpukan-tumpukan asa.
Tentang kumpulan-kumpulan sejuk.
Dan tentang jernih-jernih yang muncul perlahan.
Ini kali sering aku takjub.
Dari bening yang masih sungkan mengalir di mulut lembaran hijau.
Jika engkau tanya itu, 
Aku tak akan ragu menjawab "YA!"
Sebab ini hanya deskripsi-deskripsi. 
Tak mengenai intuisi yang bahkan bersifat ilusi. Semu.
Yakinkah ?
Pasti. 
Bukan seperti menunggu sesuatu yang nampak, namun jauh dari kepastian.
Ini masih tentang RENJANA yang kutampik dan kutolak !







Dari sepotong  fajar yang hampir meninggi
Pinrang, 29  Juli 2012 

Senin, 23 Juli 2012

[IM-HAN] Sekolah Untuk Ananda yang Berteman dengan Aksara Terbalik*


Assalamu 'alaikum, wr. wb.

Bagaimana kabarmu hari ini, ananda?

Semoga senyum lugumu masih tetap bersinar, semangatmu tetap membara, keceriaanmu tetap hadir, dan dirimu tetap dalam lindungan-Nya. Selamat Hari Anak Nasional untukmu, Nak. Nikmati hari ini, rayakan, dan bergembiralah, karena ibu guru sangat yakin kalian berbahagia menyambut hari istimewamu ini,  hari istimewa kalian, anak-anak Indonesia yang sangat ibu kasihi dan cintai.
Sumber: mutiarabirusamudra.blogdetik.com

Anak-anak Indonesiaku..
Mungkin kalian pernah bertanya-tanya, mengapa ada Hari Anak Nasional di negara kita tercinta ini? Ya, itu karena para orang tua sangat mengharapkan kalian sebagai tunas-tunas bangsa dan  permata-permata hati, kelak akan menggantikan posisi mereka. Menggantikan tugas mereka sebagai orang-orang penting di negara yang kita tempati berpijak saat ini. Itu karena kalian sangat istimewa.

Tahukah engkau ananda?
Kalian hanyalah satu-satunya harapan bagi pemimpin negeri ini, yang dapat memajukan bangsa, menjaga, dan mempertahankannya hingga akhir napas penghabisan. Sepasang malaikat (ibu dan bapak) kalian hanya ingin melihat ananda bisa menjadi orang-orang yang hebat, seperti Bung Karno dan Bung Hatta yang berhasil memerdekakan negara kita ini dari penjajah, seperti Ki Hajar Dewantara dan K.H. Ahmad Dahlan yang juga berhasil memberikan pendidikan bagi anak-anak bangsa.

Anak-anak Indonesiaku..
Mungkin  kalian pun bertanya-tanya, mengapa ibu guru menuliskan surat ini di hari istimewa kalian? Itu karena adanya suatu hal yang mengkhawatiran ibu. Namun kekhawatiran ini ingin segera dituntaskan! Ibu guru sangat risau,  ketika mengetahui sebagian teman-teman kalian menderita disleksia.

Pasti kalian juga bertanya, apa itu disleksia?


Disleksia adalah keadaan seoseorang yang kesulitan mengolah kata-kata. Teman-temanmu yang menderita ini, cukup kesulitan membaca, menulis, bahkan membedakan huruf-huruf tertentu. Tetapi mereka tidak buta huruf, Nak. Mereka kesulitan dalam hal memahami bahasa, tulisan, dan membaca.

Anak-anak Indonesiaku..
Ibu guru pernah mendengar cerita, bahwa salah seorang siswa dari sekolah ibunda (orang tua) ibu, ternyata mengalami disleksia. Dia cukup kesulitan jika harus membaca bahkan membedakan huruf-huruf tertentu.
                                                                                                                 Sumber: sidomi.com

 Tulisannya seperti cakar ayam. Beberapa hurufnya ada yang terbalik, sehingga menyulitkan untuk membaca tulisannya. Membaca pun, dia kesulitan. Padahal, dia sudah duduk di bangku kelas tiga SMP. Tetapi, saat itu ibunda tidak bisa membimbing siswa itu. Beliau hanya bisa mengeluh dan tidak bisa berbuat banyak,karena Ujian Nasional semakin dekat. Akhirnya, dia pun terkucilkan. Diejek oleh teman-temannya, hingga gurunya sekali pun. Bahkan saat itu dia pun terancam tidak akan lulus Ujian Nasional.  

Sumber: teknologi.inilah.com

Mendengar itu, hati ibu miris, bahkan menangis….
Apakah kalian juga tersentuh, Nak? 
Ibu sangat prihatin dengan anak yang menderita penyakit itu. Namun, selama ini adakah yang bisa menjawab keprihatinan ibu terhadap keadaan ini? Tidak, Nak. Tidak ada. Karena hingga saat ini, di negara kita pun masih banyak yang belum mengetahui tentang disleksia. Masih awam dan juga belum mengetahui cara menghadapi dan menangani anak-anak yang menderita penyakit ini.

Anak-anak Indonesiaku..
Andai saja pemimpin dan tokoh-tokoh pendidikan di negara ini turut prihatin dengan hal itu, kelak akan ada sekolah yang khusus menangani dan menampung anak-anak penderita disleksia. Guru-guru yang mengajar di sana pun harus mereka guru-guru yang profesional dalam menangani siswa. Tak hanya di kota, tetapi juga di desa-desa terpencil.

Mengapa mesti sekolah khusus disleksia? Karena ibu tak ingin mereka disamakan dengan anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa (SLB) ataupun sekolah umum lainnya. Itu karena mereka sebenarnya sangat cerdas, tetapi hanya butuh penanganan khusus untuk mengembangkan bakat-bakat yang mereka miliki, agar bisa juga  mengukir prestasi . Seperti melukis, menari, bernyanyi, olah raga, dan lainnya.

Anak-anak Indonesiaku..
Ibu gurumu ini menginginkan itu, agar hidup mereka bisa berkualitas, seperti anak-anak normal lainnya. Berhenti dikucilkan oleh teman-temannya dan tidak lagi merasa minder, meski mereka kurang dalam kemampuan berbahasa. Seperti halnya Walt Disney yang sampai saat ini sudah membuat kartun yang sangat terkenal di dunia. Kalian tahu Mickey Mouse, Winnie The Pooh, dan Princess-princcess cantik itu, kan? Ya, beliaulah penciptanya. Seperti juga Albert Einstein dan Tom Cruise, tokoh terkenal yang saat hidupnya pun mengalami disleksia

                        Sumber: hikmawansp.wordpress.com             Sumber: disneydose.com

Anak-anak Indonesiaku..
Hal itu yang ibu guru impikan sejak dulu. Untuk anak-anak Indonesia yang ibu kasihi dan sayangi. Karena ibu ingin negara ini semakin maju melalui tangan, hati, jiwa, dan pikiran kalian. Insan-insan berharga yang pernah dimiliki tanah air kita tercinta ini.

Oh, iya. Tak lupa pula untuk ananda ibu guru yang berusaha dan  masih terbata ataupun kesulitan membaca surat ini karena disleksia, jangan khawatir dan takut, Nak. Insya Allah engkau akan bisa sembuh dengan usaha, doa, dan harapan yang engkau miliki.

Wassalam.


Salam sayang dari ibu guru (calon pendidikmu kelak),

Di bumi pertiwi nan elok, 23 Juli 2012




Ismi Kurnia Dewi Istiani   



*Surat ini ditulis, karena terinspirasi dari sebuah film inspiratif dan menggugah, tentang penderita disleksia: Taare Zaamen Par, juga kisah nyata dari ibunda penulis.


Minggu, 22 Juli 2012

Jika Engkau Yakin


Bilamasa ?

Meski teguh masih berkabut

Gegap-gegap masih memburu-buru prinsip

Perlu ?

Hakulyakin?

Cecar-cecar pula mengeriap

Fanatik ?

Lamat-lamat membungkus rasa yang memaut ideologi

Aklamasi ?

Lepas-lepas majemuk, menghimpit ego

Harap mencapai hulul ?

Meski gering-gering minoritas telah terendap

Sejak dulu

Kala Sya’ban berakhir dalam Hijriah

Kala manzilah-manzilah hilal yang (masih) tak nampak.


Pinrang, 21 Juli 2012 
(2 Ramadhan 1433 H)
Saat malam berhias bulan tinggi dan penuh




Jumat, 20 Juli 2012

Bulan Memucat






Pendar, menyeliapkah ia ?

Pijar, melampaikah ia ?

Bukan!

Itu bulat, Sayang

Ataukah, campurannya bak aurora ?

Tidak!

Ia tak berwarna jamak. Tak mendua. Sendiri

Hei, tunggu dulu!

Ataukah ia menyerupai lapis-lapis lengkung spektrum yang indah?

Mungkinkah juga, ia pecahan-pecahan kelip yang menyebar ?

Bukan seperti itu, Sayang

Lantas ?

Pandang bulatnya yang mengawang. Ia olak tanpa ongok. Lugu. Menguning putih, mengawah

Tapi, terkadang hanya kulihatnya sepotong, bahkan nampak celurit. Mengapa tak bulat melingkar?

Itu karena ia hadir tanpa onar, nanar, hiruk

Selalu datang dengan khidmat, sumirat, berdenyar-denyar, melepas marun

Lihatlah !

Ia hadir kembali dipetang ini, Sayang

Tetapi, kini ia menggandeng kelabu !


VAA Makassar, 10 Juni 2012 

Membenam Renjana





Rindu-rindu perlahan mengalit
Sesak sekejap melinang bulir bening
Ada berjuta-juta masa amarah
Emosi                            
Membahak
Senyum renyai
Kembali dengan pelan, berderai-derai
Tahukah, kau?
Disini, masih ada setitik luka!
Yang dulu tersimpan dalam nilam
Rasa hati yang membuatnya begini
Ingatkah, kau?
Dulu, risau itu masih menyerenjang sempurna, kokoh
 Memaut angan-angan yang memimpi
Terserak pada ilusi-ilusi
Elegi bercerita pula pada desah-desah gundahan waktu
Hari, tak lagi bersahaja!
Inikah, renjana?
Masihkah prasangka-prasangka mengeriap?
Seperti dulu?
Indahkah seperti deskriptif itu?
Seperti desau?
Ataukah, hanya bisikan?
Cukup!
Pergilah, dengan cerita itu
Torehkan dengan nazam-nazam keluguan
Azalkan pada fabula-fabula yang merambat
Lalu,
Biarkan lenyap, melesap, terbawa silir.

VAA Makassar (menjelang senja), 11-12 Juni 2012

Kontemplasi Senja



Senja di Losari, 12 Juli 2012 (Foto: Reski Sululing)



Kerik-kerik kericau murai

Perlahan

Mengerumit titian senja

Keriang-keriut, mengerih perih

Mengerinjang, ragu, mengingsut

Pekat hitam menjelang

Magenta

Pergilah, petang!

Intrik-intrik, mengulum-ngulum malam dari pelik

Sebab kerical pun menghasta, tanpa nista di jalan-jalan kota

Masihkah rupa menoreh cinta yang bersepuh?

Mungkinkah pula, gaung-gaung aulia masih terserak pada keluguan eksaltasi?

Oh!

Kontemplasi bertempa senja

Melimbung ilusi

Menggantung asa.


VAA Makassar, 10 Juni 2012