Sabtu, 28 September 2013

Kepada Perempuan Merah Muda

Ada hal yang sangat sederhana ketika dua makhluk Tuhan dipertemukan –entah pernah kenal sebelumnya ataupun tidak—dalam tatanan waktu. Selalu saja ada alasan untuk hanya sekedar menyapa, bercerita, menanyakan kabar, juga hal-hal yang remeh temeh dalam dunianya masing-masing. 
Makhluk Tuhan yang kiranya selalu menyimpan baik-baik putaran-putaran peristiwa dalam memorinya, yang terkadang dijuluki sebagai “ahli sejarah”. 
Perempuan.
Salah satu bentuk makhluk Tuhan yang –entah sengaja ataupun tidak—sesungguhnya tercipta sebagai pendamping, pelengkap, pengokoh, dalam hidup lelaki. Dirasa tak lengkap ketika dalam separuh kehidupan seorang lelaki tak didampingi seorang perempuan. Itu pulalah sebuah alasan yang menjadikan Tuhan menciptakannya hidup berdampingan.

Baiklah.  Perempuan merah muda, tahukah, bahwa ada sesuatu yang seketika mengesiap di pikiranku, saat membaca salah satu tulisanmu?

Tentang lelaki. Lebih tepatnya, tentang perempuan dan lelaki. Otak ini selalu saja merasa terganggu ketika hal-hal yang membicarakan lelaki dan perempuan tergambar sangat jelas.

Bahkan sangat benar adanya, bahwa dalam masa-masa tertentu, perempuan sangatlah enggan jika dunianya disusupi lelaki.

Ada banyak perempuan yang memilih memberikan batas-batas dalam laku kehidupannya.
Apa daya, sebagai makhluk yang rentan fitnah, kehormatan perempuan terkadang merasa dirobek-robek oleh sang lelaki.

 Kepada Adam*

Tahukah kau setiap benih yang kau tabuh sangat membekas di hati kami, para hawa
Tahukah kau apa pun yang kau lontarkan meski itu dusta, membuat kami melayang
Tahukah kau sesuci apa pun hati kami slalu saja ada hal yang bisa membuat kami merah merona
Tahukah kau puisi picisan yang kau cipta sangat mudah membuat kami tak bisa berkata-kata…

Mengapa? 
Karena lelaki (masih) tak mampu menempatkan hal yang seharusnya dan tidak seharusnya.

Masih ketika seorang perempuan sangat ingin terhindar dari selisik lelaki.
Kadang kala kesal menghampirinya. Juga meradang.
Sebab lakonnya sering kali tertangkap kesalahpahaman.
Itu bukanlah apa-apa. 

 …Kepada adam
Sebab kata-kata itu adalah doa… setidaknya ini sebuah peringatan
Bahwa puitismu , gombalmu, janjimu, adalah doa…

Perempuan merah muda. Ini juga bukan  perkara asing dalam kehidupanku, juga kehidupanmu.
Namun hal itu juga yang (sangat) kubenci.
Membencinya karena tak berhak! 


…Umbarlah cintamu di saat kau benar-benar melabuhkan pada seorang saja
Kepada yang telah halal bagimu…

Kukira kita sepaham (semoga saja) tentang hal itu. 
Tergambar dari tampilan fisikmu. Juga beberapa pembicaraan singkat dalam masa pengabdian kita. 
Ketika ditanya, lagi-lagi karena prinsip.


 …Namun, sungguh kesalahan tidak utuh padamu saja…
Akibat tak akan tercipta jikalau sebab tak ada.

 Sesalku,

Kepadamu adam.

Bahwa memilih untuk menanti. Sambil memantaskan diri, adalah pilihan satu-satunya. Yang dirasa sangat wajar dan melindungi. Kuharap kamu juga seperti itu, perempuan merah muda. 

Semoga.





Pinky, sepertinya akan ada hari-hari yang lain untuk kita membagi kisah, kan?
Kuharap pinisi mau menerima kita ^_^

Senin, 02 September 2013

Dandelion

Aku juga lebih mencintaimu seperti Linn yang dulu membersamai.
Aku juga bisa menyimpanmu sebagai kenangan yang sengaja kupaketkan untuk tujuan tak beralamat.
Naifkah?
Jika tanya itu mencuat, biarkan itu masih menjadi susunan logika yang mungkin tidak akan terjawab.
Kamu tahu kan, alasanku menjadikanmu corak dalam hidupku?
Ini masih tentang flosofimu, dear.
Ini tentang ringkihmu yang sungguh sangat rela terbawa udara, ah, lebih tepatnya angin.
Tetapi juga sangat rela bertumbuh di pijakan yang lain.
Aku sungguh--benar-benar-- mencintai lembutmu yang lungsai, putih.
Bahkan aku lebih mencintaimu ketika senja juga menerpaimu.
Oh, senja?
Aku sangatlah yakin engkau mengenalnya.

Aku tahu, biasnya kadang kala memudarkan lembut putihmu.
Kadang kala juga jingganya membelai-belai bebatangmu.
Hm, lagi, saat ini masih mencintaimu seperti senja, juga Linn.

Lebih tepatnya memadukan kalian.

Senja, Linn, juga Dandelion.

Indahkan ? ^_^ 





 Bersama pagi yang riuh.

Bumi Lasinrang, 2 September 2013