Yang membaca. Simak ini:
Hei, jika hatimu
beberapa waktu menginginkan sendiri, apa yang kamu lakukan?
Ketika kedua tangan
yang berbeda dalam beberapa waktu tak bersentuh, adakah sedikit tanya kabar
pada pemilik tangan itu?
Jika wajah-wajah dan
berpasang-pasang bibir tak saling bersapa, saling berceloteh dalam beberapa
waktu, akan kau lakukan apa ketika menemukannya kembali dalam ruang yang
berbeda?
Pikirmu dia
menghilang?
ah, tidak. Dia tak menghilang. Ia masih tetap ada.
ah, tidak. Dia tak menghilang. Ia masih tetap ada.
Bahkan ketika kau
merindukannya, ia masih tetap ada.
Dia tahu bahwa kau
merindukannya.
Dia juga tahu bahwa sebenarnya ia tak sendiri,
meski saat ini dia memilih untuk sendiri.
Dia peka. Dia tahu
kapan sebenarnya waktu bisa diwujudkan pada pertemuan-pertemuan.
Tetapi, ini kali ia
tak menginginkan pertemuan.
Ia bahkan tak
menginginkan ada sejuta pertanyaan yang mungkin menyerangnya, tatkala pertemuan
terjadi tanpa menyengaja.
Tiga tahun, tiga bulan, lebih beberapa hari.
Tahukah kalian, bahwa masing-masing diri tiap kita memiliki
kisah sendiri?
Kisah ketika kaki-kaki lugu kita menginjakkan jejak di
almamater berkampus ungu.
Bertemu dengan berbagai macam manusia yang baru (oh, mungkin
itu kali pertama kita bertemu).
Sambil enggan dan malu-malu berusaha mengenal satu sama
lain.
Rela menyerahkan diri pada setitik ilmu yang ada di kampus.
Karib. Sahabat. Juga konflik.
Kita. Ah, kita. Masih saja meragukan jika “kita” masih
menyandang dalam kebersamaan yang tak utuh.
Itu bukan kita. Tapi kalian.
Dan diri ini sadar sepenuhnya, bahwa saat ini bukanlah
bagian dari “kita”.
Mengapa?
Sederhana. Karena saat ini, diri ini, memilih tenggelam pada
sandang “kita” yang lain.
Yang begitu mengubah dunianya sangat kontras.
Yang berbeda. Tanpa kejaran-kejaran akhir studi.
Belajar. Diri ini masih tetap belajar.
Tapi dengan bentuk yang berbeda.
Ya. Belajar pada makna di setiap sisi-sisi kehidupan.
Sungguh memilih itu, dalam beberapa waktu.
Mengapa?
Karena saat ini merasa jenuh.
Jenuh?
Ya. Jenuh pada gerak-gerak yang berulang. Pada sesuatu yang
biasa, lebih menjemukan.
Diri ini ingin menatap dunia luar. Memandang beberapa yang
luput dari pikiran kalian.
Seperti impian tiap-tiap kalian. Meraih toga tahun ini.
Akan kuberi selamat, pelukan, dan senyuman terbaik, jika
kalian telah sukses meraihnya.
Akan kudatangi kalian, tanpa perlu diminta.
Hei. Ingat, ya. Perempuan
yang dicari itu,bBaik-baik saja saat ini.
Meski dia sedikit
rapuh pada tubuh ringkihnya.
Dia tidak menghilang. Dia masih ada.
Masih tak bosan
menapakkan kaki-kakinya di cerita lain.
Masih mencari dan menciptakan
dunianya sendiri. Juga kisahnya.
Tahukah engkau, saat
ini benar-benar dia memilih diam.
Diam untuk
menyampaikan apa yang saat ini dia lakukan.
Dia hanya tidak ingin
terganggu untuk sapa kabar yang menanyakannnya.
Tenang. Dia masih
baik-baik saja. Dia tidak menghilang.
Dia hanya memilih
untuk mengurung dirinya sendiri pada kisah lain, pada waktu ini.
Dia lebih memilih
berkutat pada kepentingan orang banyak. Untuk jiwa-jiwa tunas yang sama-sama
belajar.
Dia sesungguhnya tak
suka pada khawatir yang berlebihan. Bahkan pun ketika pada suatu saat kau
menemukannya.
Itulah, dia yang
introvert.
Dia memilih menjadi
bagian di kisah yang lain. Bukan di kisah kalian saat ini.
Ya. Itulah dia. Yang selalu
diam ketika masing-masing kalian dikumpulkan dalam ruang-ruang kuliah yang
sama.
Tapi sesungguhnya memang
dia tidak diam dalam gambaran wajahnya.
Bahwa sesungguhnya dia
berontak. Pada pemikiran-pemikirannya hingga kini. Pada gerak-gerak jarinya dikumpulan
kata.
Ingat. Dia tidak
menghilang. Hanya lebih memilih menempatkan dirinya di kisah yang lain, saat
ini.
Terima kasih untuk kalian yang masih mencari jejak diri ini.
Terima kasih telah mengingat (meski saat ini masih merasa terlupakan).
Selamat berjuang untuk kalian, yang sedang menggempur kisah
bersama.
Terima kasih telah berkenan membaca kabar ini.
Benar. Bahwa tiap-tiap
manusia dalam dimensi, memiliki kisahnya masing-masing.
Tak perlu terlalu
mengkhawatirkan. Dia akan baik-baik saja. Yakinlah. ^_^
Dalam sisa gerimis malam,
VAA Makassar, 13 Januari 2014
"Setiap kita punya cara yang berbeda menemukan takdirnya"
BalasHapus#Blogwalking..