Hmm, kalo ngomong masalah idola, “susah-susah gampang’ juga untuk dibahas. Menurutku, setiap orang pasti memiliki tokoh idola, entah tokoh idoanya itu dijadikan sebagai motivasi dalam melakukan setiap perubahan disetiap langkah atau aktivitasnya, atau mungkin…, hanya dijadikan suatu hiburan (Cuma suka liat muka, prestasi, atau kelebihan sang idola).
Hmm, kalo ngeliat keadaan ini, yang paling banyak jadi korban ‘fans idola’ itu kebanyakan kaum remaja pada umumnya (bahkan tak jarang anak-anak dan orang tua yang mengalaminya). Kenapa aku bilang remaja? Yah, remaja kan adalah dimana masa-masa seseorang menghadapi transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa (kata para ahli), dan memang pada masa itu kondisi remaja masih labil (alias masih gampang terpengaruh dengan apa yang dilihatnya, dan memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar).
Banyak kok sekarang anak ‘ABG’ yang suka niru-niru tokoh idolanya, padahal kalo dibandingin dengan yang sesungguhnya, itu bisa ribuan kali bedanya. Misalnya, ada seorang yang ngefens banget sama penyanyi rock, dan tanpa disadari, dia pun mengikuti gaya sang idolanya (contohnya, menindik telinga, atau bibir, seperti yang dilakukan idolanya).
Ck..ck..ck.. segitunya amat, aku aja yang pernah jadi fans beratnya presenter Nirina Zubir aja, gak kayak senekat itu! (ups..! ketahuan juga deh! Tapi sekarang udah enggak kok! Aku udah insyaf! hee..hee..) Bahkan ada loh, orang yang juga ikut-ikutan niru-niru gaya dan cara berpakaian sang idola! Kalo kayak gitu sih, menurutku hal itu terkesan maksa banget, dan tidak pede dengan gayannya sendiri!
Secara Psikologis, memang wajar-wajar saja, kita mengidolakan seseorang, karena setiap orang ingin mencari model, dan mencari siapa yang sebaiknya menjadi contoh. Tapi pertanyaannya, siapakah yang seharusnya kita idolakan? Jika kita mengidolakan seseorang kemudian orang itu pake anting (mendidik bukan dalam batas yang sewajarnya), apakah kita juga harus pake anting dan mengikuti gaya hingga tingkah laku sang idola? Apakah jika idola itu rambutnya nge-punk, dan rambutnya jigrig gitu, kita juga harus seperti itu?
Nah, aku baru nemuin sesuatu yang unik. Ada seorang penulis buku, namanya Michael Harts. Dia menulis tentang seratus tokoh yang paling berpengaruh di dunia. Nah, aku sebutin ima aja. Yang kelima adalah Kong Hu Cu, keempat Sidharta Gautama, ketiga Nabi Isa a.s, Kedua Isaac Newton, dan yang pertama adalah nabi Muhammad SAW. Loh? Kok bisa?
Coba bayangin, kalo dipikir-pikir, ada nggak sih yang diantara kita yang mengidolakan Nabi Muhammad? Wallahu ‘alam. Dan faktanya, penulis buku itu bukan seorang muslim. Hah? Tapi kenapa dia memposisikan Nabi Muhammad SAW diperingkat pertama sebagai manusia paling berpengaruh di dunia?
Kalo mau ngebayangin nih, Nabi Muhammad tuh, kalo masalah ketampanan, bisa mengalahkan Justin Timberlake atau Leonardo Di Caprio. Pokok’e nggak ada yang bisa nyaingin!
Kalo secara fisik, jika Nabi berjalan dengan orang yang lebih tinggi, dia tak akan kelihatan lebih pendek, dan kalau berjalan dengan orang pendek, nggak akan kelihatan terlihat lebih tinggi. Hidungnya mancung, wajahnya bersinar seperti rembulan. Mm, gagah juga! Kalo beralaman, Nabi Muhammad langsung menghadapkan seluruh badannya, dan kemudian memeberikan tangannya, dan tak akan pernah melepaska tangannya sebelum orang itu melepaskannya. Kalo ketemu sama orang, beliau senantiasa tersenyum. Dan mencela Nabi Muhammad SAW, sabagaimana orang biasa yang memiliki kekurangan dan bisa kita ledek dan dicela. Tapi, Nabi Muhammad perfect, sempurna sekali.
Sekarang, dalam hal sikap. Nabi Muhammad orangnya jenaka, nggak jaim kalo ketemu orang, pendengar yang baik, dan sikapnya sederhana sekali. Pokoknya kalo ketemu beliau pasti deh jatuh cinta!
Suatu ketika, Nabi Muhammad berkumpul bersama para sahabatnya. Dan kemudian Nabi Muhammad bertanya, “ Tahukah engkau, siapakah hamba yang paling mulia?”
Para sahabat menjawab, “Para malaikat ya Rasulullah.”
“Tentu saja malaikat mulia karena dekat dengan Allah.”
“Siapa hamba yang paling mulia itu? Para Rasul khan, ya Rasulullah?”
“Tentu saja para Rasul itu mulia. Mereka mendapatkan wahyu langsung dari Allah.”
“Lalu siapa ya Rasulullah?”
“Coba tebak siapa?”
“Mungkin kami para sahabatmu, ya Rasulullah.”
“Bagaimana mungkin kalian tidak mulia? Kalian dekat dengan aku.”
“Lalu siapa ya Rasulullah?”
Kemudian, dengan tiba-tiba Nabi Muhammad meneteskan air mata, tubuhnya bergunjang dan berkata, “Hamba yang mulia itu kelak akan muncul, kelak akan muncul, yaitu umatku yang tak pernah melihatku, tak pernah berjumpa denganku, tapi merindukan aku, dan aku pun merindukannya.”
Ingat baik-baik, Nabi Muhammad merindukan kita sebagai umatnya. Tapi pernahkah kita merindukan Nabi Muhammad? Siapa yang paling kita idolakan, Nabi Muhammad atau yang lain? Siapa yang paling kita rindukan selama ini, Nabi Muhammad atau yang lain? Nabi Muhammad sayang kepada kita, Nabi Muhammad cinta kepada kita. Tapi kenapa kita lebih mengidolakan yang lain daripada Nabi kita sendiri? Siapakah yang pantas diidolakan?
Coba bayangkan, bagaimana beratnya perjuangan Nabi Muhammad kepada kita. Tahukah, kalo setiap malam Nabi berdoa untuk kita (umatnya)? Tahukah, setiap hari Nabi Muhammad berjuang untuk kita?
Suatu saat (di akhirat) nanti kita akan bersama dengan orang-orang yang paling kita cintai. Seandainya kita mencintai Nabi Muhammad, kelak Insya Allah kita akan berkumpul dengan Nabi Muhammad. Tapi seandainya kita mencintai orang lain dan kemudian begitu mengidolakan, padahal orang itu jauh dari nilai-nilai kebenaran, kemudian karena mengikuti gaya hidup dan perilaku hidupnya, kita juga bisa ikut masuk neraka. Naudzubillah min dzalik!
Tapi, pada intinya, ketika kita mengidolakan seseorang, kita harus tahu mana yang sebaiknya kita tiru dan yang tidak harus ditiru. Agar kelak, tidak merugikan diri kita sendiri.
Dikutip dari berbagai sumber
Artikel ini, sebenarnya memberikan suatu pelajaran yang sangat berharga. Yaitu, belajar menempatkan sesuatu pada hal yang sewajarnya, agar tidak merugikan diri kita sendiri, dan memberikan manfaat yang lebih baik.