Aku teringat surat yang mengisi masa mudaku. Surat-surat penuh keriangan yang ringan bagai merpati-merpati terbanga di udara. Surat-surat yang datang entah dari sebuah tempat, tak beralamat. Namun surat-surat itu, terus datang mengalir seperti waktu.
Aku bukanlah seseorang yang bisa menulis surat dengan baik dan rapi. Aku pun tak pernah berpikir untuk menjadi orang yang menykai surat-menyurat. Namun, sautu masa silam dalam rentang usiaku yang membuatku aku merasa sangat keepian, asing, dan terpencil. Suatu keasingan dan kesepian yang menganga bagai rongga sebuah kuburan yang terus digali seseorang yang menunggu saat kematian. Suatu kesepian yang dijeritkan gagak-gagak hitam.
Pada saat itulah aku membutuhkan cara untuk mengungkapkan perasaan hati. Maka, secara tak disadari aku mulai menulis kalimat-kalimat, dari yang pendek hingga yang panjang dalam bentuk surat yang kutunjukkan entah pada siapa. Pada setiap siang yang lenggang, aku melakukannya di loteng rumah di samping jendela terbuka yang menghadap ke arah bukit-bukit yang diam dan sunyi. Entahlah, setiap selesai menulis itu, aku merasakan suatu kelegaan dan kenikmatan yang lapang.
Surat-surat itu kadang sangat panjang berisi cerita, keinginan-keinginan yang aku pun tak mengerti, perasaan-perasaan samar dan jauh, keluha-keluhan pada angin. Tapi kadang-kadang pendek saja menyerupai puisi. Aku mengirimkan lewat pos, pada sebuah alamat yang kutulis secara serampangan. Apakah alamat tersebut ada di dunia ini, aku sendiri tidak tahu. Aku tak pernah mengharapkan balasan dari surat-surat yang kukirimkan. Anehnya, surat-surat itu tak pernah kembali. Itu artinya, surat-surat tersebut sampai pada sebuah alamat.
Benar saja. Suatu hari, surat-suratku mendapat balasan. Dengan amplop dan kertas putih berbau harum bunga yang aneh. Pada amplop maupun kertas surat tak tertera nama pengirim maupun alamatnya. Pada surat itu hanya tertulis tanggal,bulan, dan tahun ketika surat itu tak kukenali. Penanggalan berdasarkan kalender bangsa masa apakah yang digunakan si pembalas surat, aku tidak tahu dan tidak mengenalinya.
Kata-kata dalam surat itu begitu halus, tapi begitu tajam, membelai-belai sekaligus mencabik-cabik perasaan. Nemun entah mengapa, setiap selesai membaca surat itu, aku justru merasakn keriangan yang melonjak-lonjak, ringan, namun penuh rahasia. Pada saat itu, tubuhku bagai terbang melintasi padang-padang lenggang.
Kadang-kadang surat-surat itu datang pada tengah malam tatkala hanya angin yang mematahkan ranting yang terdengar. Dalam sunyi seperti itu, terdengar genta yang asing di depan rumahku. Bagai terhipnotis, aku pun kagum dan menuju ke depan rumah. Di balik pagar, aku akan menemukan sepucuk surat seperti baru saja meletakkan seseorang disana. Tapi dalam malam dingin seringkali surat-surat itu bagai selembar daun yang menggigil dijatuhkan angin dari pohon yang tumbuh di alam lalu.
Sebenarnya, isi surat-surat itu bervariasi. Isi surat itu sering sangat indah, mengajakku berjalan-jalan melintasi abad-abad di belakang, mengenali peradaban-peradaban tua dan kisah-kisah manusia. Bahkan surat-surat itu pun secara mempesona bercerita akan keajaiban-keajaiban di zaman yang akan datang, atau makna–makna di mana sekarang yang tak sempat kupahami.
Aku merasa sangat bahagia bahwa entah dengan keajaiban apa, aku balaskan setumpuk surat dari surat-surat yang pernah kukirimkan. Seringkali aku ingin mengetahui siapa pembalas surat-suratku itu. Aku pernah mencari alamat tersebut di buku-buku alamat seperti yang pernah kutulis itu. Di belahan dunia manakah si pembalas suratku berada, aku tidak tahu. Aku pernah menelpon seseorang dengan nomor sembarangan untuk melacak alamat surat itu, tapi tak pernah kutemukan.
Sementara itu, aku terus mengirimkan surat-surat seperti pertama kali kulakukan meski dengan perasaan rendah dan kecil. Perasaan itu menghantuiku karena surat-surat yang kutulis sungguh tak ada artinya dan tak sebanding dengan balasan surat-surat yang kuterima. Sering aku merasa rindu pada si pembalas surat-suratku. Kerinduan itu semakin dalam, menghanyutkan, dan mendesir-desirkan darahku.
Hingga disitulah tulisan itu diakhiri . itulah salah satunya catatan yang mengisi buku harian sahabatku. Aku pernah mengaduk-aduk dokumen-dokumennya yang lain, tapi tak pernah menemukan catatannya yang ain, kecuali secarik kertas yang tinggal di atas meja.
Sahabatku telah mengisi waktu hidupnya dengan kesendirian yang tak seorang pun bisa memahaminya. Dari masa remaja hingga tutup usianya kini, pada usia yang terbilang muda, ia mengabdikan dirinya dalam kesepian. Aku sebagai satu-satunya temannya, tak pernah mengerti perasaan-perasaan dan keinginan-keinginannya yang aneh. Sebenarnya tak pantas untuk menyebutkan aku sebagai sahabatnya, sebab aku dan dirinya tidak sedekat orang yang bersahabat. Aku hanyalah temannya satu-satunya yang cukup terbuka diterima olehnya. Pada orang-orang lainnya ia selalu menutup diri.
Sebagai sahabat atau teman satu-satunya ini, aku jarang ,mengunjung rumah satu-satunya yang kusam dan terpencil itu. Aku sendiri tak mengerti mengapa dia memilih mengontrak di rumah tua dan terasing. Kami tidak pernah bercerita banyak.
Hari ini di saat secara tak sengaja aku mengunjunginya, aku menemukan tubuhnya telah terbujur kaku di sebuah kursi tua di loteng rumahnya yang penuh sarang laba-laba. Tampak wajah sahabatku begitu tentram dengan seulas senyum di bibirnya.
“Hari ini ia datang memenuhi kerinduanku...” tulisnya di secarik kertas yang diletakkan di meja di dekatnya tertanggal hari ini, hari tutup usianya. Ada bunga segar yang entah berasal dari alam mana di vas bunga di atas meja yang sebelumnya tak pernah terisi. Ada wangi yang asing meruap ruangan.
Di atas lemari berdebu, tersimpan setumpuk surat. Mungkin surat-surat yang pernah disebutkannya dalam buku harian. Aku ingin menjamah dan membaca isi surat-surat itu. Tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk mengetahui isi surat-surat itu. Aku harus memberitahukan kematiannya pada penduduk di sekitar sini, dan terutama pada keluarganya yang berada di luar kota.
Sumber : Pikiran Rakyat, 1997
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan jejak ^_^