
Tidak terasa, waktu telah cepat berlalu. Kita sebagai manusia kadang tak ingat pada apa yang telah terjadi kemarin. Tau nggak, sudah beberapa hari ini, kami sekeluarga menikmati hasil buah dari pohon yang telah lama tumbuh di pekarangan rumah. Dari gambar di atas, pasti banyak yang menebak kalo kami pasti habis ‘manen’ buah rambutan. Yaps! Betul banget!
Tau nggak, pohon rambutan yang ada di halaman belakang rumahku, baru berbuah sebanyak itu, sejak dari tiga tahun tumbuh!
Wow! Lumayan lama juga ya! Hmm, bukan kami saja yang ketiban rejeki dari hasil pohon rambutan itu, tapi juga tetangga-tetangga ikut menikmati loh! Awalnya, banyak yang gak percaya kalo pohon rambutan bisa tumbuh dan berbuah lebat di daerah kami. Soalnya, di daerahku cuacanya cukup panas. Karena menurut mereka, buah rambutan dan buah musiman kayak durian cuma bisa tumbuh dan berbuah banyak di daerah dataran tinggi (emang iya?).
Tapi entahlah, terserah mereka bilang apa, yang penting kan mereka bisa menikmatinya juga kan? He..he..hee.. Oiyah! Bukan hanya tetangga-tetangga aku aja yang dapat rambutan, tapi keluarga ibuku (nenek, dan saudara) dari kampung kelahirannya, juga dapat bagian loh! Dan bukan hanya pohon rambutan aja yang menghasilkan banyak buah yang ranum, tapi pohon mangga juga nggak kalah banyak menghasilkan buahnya.
Kalo mau diitung-itung, misalkan semua buah dijual, pasti menghasilkan untung yang buanyak! Tapi menurutku, yang terpenting adalah bagaimana kita sebagai manusia, bisa memberi kepada orang lain, jika kita memiliki sesuatu yang lebih. “Jika kita memasak banyak untuk keluarga, berikanlah sebagian kepada tetangga terdekat kita” kayak gitu deh yang sering aku dengar di ceramah-ceramah pengajian. Bahkan aku juga pernah dengar Ustadz yang ngomong gini “jangan diantara kalian tidur dalam keadaan kekenyangan, sementara ada tetangga kalian yang tidak bisa tidur karena kelaparan”
Oh iya, aku ingat! Ada suatu kisah pada zaman pemerintahan Ali bin Abi Thalib, yang menjadi pemimpin setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Ceritanya gini, pada suatu malam, Ali bin Abi Thalib mengajak salah satu pengawalnya berkeliling disekitar rumah warganya, dan mengenakan pakaian seperti masyarakat biasa. Ketika melewati suatu gubuk yang cukup tua, dan bisa disebut gubuk reot, Ali bin Abi Thalib tiba-tiba tersentak mendengar suara tangisan anak-anak yang ada di gubuk itu.
Kemudian dia mengajak pengawalnya untuk mengunjungi pemilik gubuk yang baru dilewatinya tadi. Setelah mengetuk pintu beberapa saat, pemilik rumah yang sebenarnya ibu dari kedua anak yang nangis tadi, kemudian membukakan pintu.
“ Maaf anda siapa, dan ada perlu apa anda datang kemari?” tanya ibu si pemilik gubuk.
“ Maafkan jika saya mengganggu anda. Kami datang kesini karena ingin singgah sebentar di rumah ini, dan menghangatkan tubuh sebelum melanjutkan perjalanan, di luar sangat dingin. Kami ini adalah musafir.” Dengan agak memelas, Ali bin Abi Thalib memohon.
“Oh, iya, silahkan masuk!”
Setelah masuk, dan menghangatkan diri di dalam gubuk tadi, Ali bin Thalib kemudian bertanya kepada ibu itu. “ Ada apa gerangan, yang menyebabkan kedua anak-anakmu menangis?”
“ Mereka sebenarnya kelaparan, karena sudah beberapa hari ini kami sulit untuk mendapatkan makanan. Ini semua karena ketidak adilan Ali kepada rakyattnya! Ali selalu bisa tidur dengan perut kenyang, sedangkan kami? Sesuap nasi pun, sulit bisa kami dapatkan! Ali tak tahu kalau ada salah satu rakyatnya yang serba kekurangan! Kedua anakku terus menangis, karena kelaparan. Sedangkan aku, tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya bisa berbohong kepada mereka, kalau yang aku masak adalah makanan, tapi sesungguhnya aku memasak batu. Agar mereka terus menunggu sampai tertidur.” Ibu kedua anak yang terus menangis itu, bercerita dengan air mata yang terus berlinang.
“ Ibu jangan asal bicara ya...!” dengan cukup kesal, pengawal Ali bin Abi Thalib memarahinya. Tapi dengan cepat, Ali bin Abi Thalib mencegahnya agar tidak mengatakan apapun. Ternyata, Ali bin Abi Thalib tidak marah karena telah dihina seperti itu. Setelah mendengar cerita ibu tadi, Ali bin Abi Thalib bergegas berpamitan pulang. Saat di perjalanan, pengawalnya bertanya, mengapa tadi ia tidak marah. Namun, tiba-tiba Ali bin Abi Thalib menitikkan air mata dan berkata “Sesungguhnya, aku merasa sangat berdosa kepada Allah, karena telah menelantarkan rakyatku yang sangat kekurangan. Sedangkan aku bisa mendapatkan apa saja yang aku inginkan.” Ternyata, pengawal Ali bin Abi Thalib sangat tersentuh dengan kelembutan hati pemimpinnya itu. Karena, Ali bin Abi Thalib sesungguhnya dikenal dengan sifatnya yang begitu keras. Setelah sampai di rumahnya, Ali meminta kepada pengawalnya untuk membawa sebagian bahan makanan yang dimilikinya. “ Tapi tuanku, buat apa bahan makanan sebanyak ini?”
“ Ini semua ingin aku berikan kepada ibu tadi dan kedua anaknya”
“Iya, tapi kenapa sampai sebanyak ini? Ini kan persediaan tuanku untuk beberapa hari?”
“ Lebih baik, saya mati kelaparan daripada melihat rakyatku sendiri tidak makan sama sekali. Aku merasa sangat berdosa kepada Allah, karena telah melalaikan tugasku sebagai pemimpin” Setelah itu, Ali kembali berkunjung ke gubuk tua tadi.
“ Kenapa anda datang kembali kesini?” Dengan sangat heran,ibu yang tinggal di gubuk itu kembali menerima Ali di rumahnya.
”Maaf, saya membawakan anda sedikit bahan makanan dan sedikit uang, agar kalian bisa makan.” Sambil menitikkan air mata, ia pun menerima pemberian Ali.
“Terima kasih banyak tuan, saya sangat berterima kasih kepada anda. Anda sangat baik dibandingkan dengan Ali yang tidak pernah memperhatikan rakyatnya.” Dengan segera, Ali kemudian memasak bahan makanan yang dibawanya tadi. Kemudian, ibu dan kedua anaknya itu pun makan dengan lahapnya. Ali dan pengawalnya, sangat terharu dengan peristiwa yang dialaminya tadi. Setelah itu, mereka berdua berpamitan pulang, ketika ibu dan kedua anaknya sangat berterima kasih atas pemberian pemimpinnya yang tidak mereka ketahui.
Nah, dari sini banyak hikmah yang bisa kita petik. Pelajaran mengenai tanggung jawab seorang pemimpin, pentingnya berbagi, dan kelembutan hati.
Nb. Sebenarnya, musim buah itu sudah beberapa bulan berlalu. Tapi baru kali ini aku bisa posting, coz, aku udah lama nyari warnet yang murah. Hee..hee..hee..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan jejak ^_^