Dia memprediksi, kalo 1% pun anak-anak itu tidak akan mendapatkan hasil dari kerja kerasnya (oh ya?). Mereka cuma diandalkan untuk tampil dan nongol di tivi, dan menjadi ikon dari statiun televisi yang bersangkutan (agar rasa simpati penonton lebih besar). Ah, masa sih?.
Dari hal itu, muncul beberapa pertanyaan di otakku. Apakah sebuah kompetisi bisa disebut salah satu bentuk eksploitasi terhadap anak? Apakah dengan nongol dan berkompetisi di tivi adalah sama saja dengan ‘menjual’ bakat yang dimiliki oleh anak?
Oke, kita liat contoh lain dari anak berbakat yang sudah bisa nongol di tivi. Baim, seorang balita yang berumur tiga tahun lebih, sudah bisa mendapatkan mobil pribadi sendiri dari hasil kerja kerasnya syuting sinetron. Ia mendadak terkenal, setelah menjadi salah satu tokoh di sinetron Cerita SMA (sekarang sedang main lagi di sinetron Tarzan Cilik), yang kebetulan , waktu itu dia hanya dijadikan pemeran pengganti. Nah, apakah hal ini juga bisa dikatakan salah satu bentuk eksploitasi terhadap anak? Ya, walaupun Baim tidak berkompetisi dalam suatu acara ajang pencari bakat. Padahal, sinetron yang telah dibintanginya itu, disiarkan satu stasiun dengan acara Idola Cilik (RCTI).
Nah, menurutku, kompetisi seperti ajang pencari bakat, (atau apa pun deh bentuknya), yang melibatkan anak-anak untuk penyiaran tivi, itu gak ada salahnya selama hal itu bersifat positif, dan tidak menghilangkan hak-hak anak. Bahkan, hal itu juga bisa dijadikan salah satu latihan untuk mandiri di usia dini, dengan mendapatkan materi tentunya (tapi bukan di suruh kerja). Nongol di tivi juga bisa dijadikan latihan untuk bisa ngomong di depan umum, dan bersosialisasi dengan lebih banyak orang.

Ya, ada juga loh satu stasiun tivi yang acaranya diisi oleh sebagian besar anak-anak, dan memang diperuntukkan anak-anak. Space Toon, bisa dikatakan stasiun tivi yang 100% untuk anak. Dan menurutku, dengan adanya stasiun ini, dapat mengurangi dampak dari tontonan kekerasan, yang umumnya dialami oleh anak-anak. Bukan hanya itu, di stasiun ini, anak lebih diarahkan kepada nilai-nilai luhur dan kebaikan, serta pendidikan moral. (aku salut deh, dengan pencetus stasiun ini).
Nah, pada intinya, sebaiknya kita tidak menganggap, kalo dengan mengikuti kompetisi yang ditonton banyak orang, adalah salah satu bentuk eksploitasi, apalagi jika pelakunya adalah anak-anak. Dan selama itu bisa menimbulkan hal positif, why not?
:) bG!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa tinggalkan jejak ^_^